Selasa, 17 Januari 2012

Landasan Teori Sistem Politik


Paradigma Fungsional Struktural; Sistem Politik
Salah satu paradigma (cara pandang) yang biasa digunakan dalam ilmu politik adalah paradigma fungsional struktural. Paradigma struktural fungsional telah lama menjadi kerangka yang begitu penting untuk penelitian sosiologi, sebelum ia dipergunakan dalam ilmu politik. Meskipun kemudian tidak dipergunakan lagi dalam sosiologi di akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an. Paradigma ini betul-betul digunakan secara sungguh-sungguh dalam ilmu politik. Paradigma struktural fungsional pada prinsipnya berkisar pada beberapa konsep, dan yang paling penting adalah konsep fungsi dan struktur. Berangkat dari hal ini, maka ada tiga pertanyaan yang mengemuka: (a) fungsi dasar apa yang harus dipenuhi dalam setiap sistem, (b) oleh struktur yang bagaimana, dan (c) dibawah keadaan apa. Suatu fungsi secara umum didefinisikan sebagai hasil yang dituju dari suatu pola tindakan, yang diarahkan bagi kepentingan sistem (dalam hal ini sistem politik). Jadi pada akhirnya suatu fungsi selalu berurusan dengan akibat-akibat dari suatu pola tindakan yang ditujukan bagi suatu sistem. Penting bagi kita untuk membedakan antara fungsi (yang digambarkan sebagai eu-functions oleh Marion J. Levy Jr) dengan dys-functions (penyelewengan fungsi). Menurut Robert K. Merton, fungsi adalah akibat yang tampak, yang ditujukan bagi kepentingan adaptasi dan “penyetelan” (adjustments) dari suatu sistem tertentu, dan dys-functions adalah akibat-akibat yang tampak, yang mengurangi daya adaptasi dan “penyetelan” (adjustments) dari suatu sistem. Hal ini bukan berarti bahwa akibat-akibat yang bersifat fungsional dan disfungsional selalu dihasilkan oleh pola-pola tindakan yang berbeda, atau pola-pola ini selalu bekerja dalam tingkat sistem yang sama. Bisa saja terjadi, pola-pola tindakan yang fungsional bagi seluruh sistem sosial, disfungsional bagi individu atau kelompok, demikian juga sebaliknya. Merton membuat suatu perbedaan yang sangat bermanfaat, antara fungsi nyata (manifest) dengan fungsi yang bersifat (latent). Fungsi yang nyata bersangkut-paut dengan pola-pola tindakan yang konsekuensinya benar-benar diharapkan dan dikenal oleh para pesertanya. Sedangkan fungsi laten berurusan dengan pola-pola tindakan yang konsekuensinya tidak diharapkan dan tidak dikenal oleh para pesertanya. Bisa juga terdapat pola menengah, yaitu tidak diharapkan tapi dikenal atau diharapkan tapi tidak dikenal. Lebih penting bagi para peneliti untuk mengenal fungsi yang bersifat laten (yang sangat kompleks dan sukar mengenalinya) dari pada fungsi yang nyata (yang begitu jelas dan mudah dikenal).          
Selain konsep tentang fungsi, konsep lain yang penting dalam paradigma struktural fungsional adalah “struktur“. Sementara fungsi berurusan dengan akibat-akibat atau konsekuensi-konsekuensi yang melibatkan tujuan-tujuan serta proses-proses dari suatu pola tindakan, struktur menunjuk kepada susunan-susunan dalam sistem yang melakukan fungsi-fungsi. Tidak seperti para ahli antropologi, Merton tidak mempercayai adanya persesuaian satu persatu antara fungsi dan struktur. Suatu fungsi tunggal bisa saja dipenuhi oleh kombinasi yang kompleks dari berbagai struktur, sebagaimana halnya suatu susunan struktur tertentu dapat melakukan berbagai fungsi, yang mungkin mempunyai berbagai jenis akibat yang berbeda terhadap struktur tersebut. Merton telah berusaha menentang pemikiran kuno tentang suatu “keharusan“ (indispensability), yaitu bahwa setiap pola tindakan atau struktur harus memenuhi suatu fungsi vital tertentu. Ia telah mengembangkan suatu pemikiran bahwa suatu fungsi tertentu dapat dipenuhi oleh banyak susunan struktur yang berbeda-beda.                                             
         
Referensi:
Syafi’ie, Inu Kencana. 2000. Ilmu Politik. Jakarta : Rineka Cipta.

Rudy, Teuku May. 1993. Pengantar Ilmu Politik: Wawasan Pemikiran dan Kegunaannya. Bandung : Eresco.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar